Isu global warming telah lama merebak. Peraih hadiah nobel perdamaian, mantan calon presiden Amerika Serikat Al Gore dalam film dokumenter “An Inconvenient Truth” telah berbicara banyak tentang ini. Ada bukti bahwa terdapat korelasi yang kuat antara peningkatan CO2 di atmosfer dengan peningkatan suhu di atas bumi. Al Gore juga memaparkan akibat dari pemanasan global yang dapat menyebabkan pencairan es di antartika dan artik yang pada akhirnya dapat menyebabkan beberapa daerah di bumi ini tenggelam dan menimbulkan masalah kependudukan yang berat akibat jumlah pengungsi dari daerah yang tenggelam tersebut yang cukup besar. Menurut Al Gore yang telah banyak mengkampanyekan isu ini, banyaknya bencana ekologi yang muncul dewasa ini juga akibat peningkatan suhu bumi.
Teori yang disampaikan oleh Al Gore tidak serta merta diterima oleh semua peneliti. Ada film dokumenter lain yang menjadi “tandingan” film Algore “An Inconvenient Truth” tadi dengan judul “Global Warming Swindle” Dalam film itu menunjukkan bahwa isu tentang lingkungan berubah menjadi isu politik. CO2 yang oleh Al Gore ialah “biang keladi” dari pemanasan global menjadikan munculnya opini bahwa produksi CO2 di bumi harus dikurangi. Lalu apa yang menjadi kambing hitamnya tidak lain ialah bahan bakar fosil. Ya bahan bakar yang kita gunakan untuk menyalakan kendaraan, untuk memasak makanan, dll. Opini ini menimbulkan suatu pemikiran bahwa penggunaan bahan bakar fosil ialah suatu dosa bagi lingkungan hidup. Alternatifnya ialah penggunaan sumber energi terbarukan seperti sinar matahari. Saat ini memang hanya sekedar opini, namun dengan berjalannya waktu opini dapat berkembang menjadi semacam hukum, hukum untuk melarang penggunaan bahan bakar fosil yang disalahkan atas terjadinya global warming.
Lalu siapa yang akan dirugikan mengenai isu ini tidak lain ialah negara-negara berkembang seperti negara-negara di Afrika, Asia, termasuk juga di Indonesia. Bahan bakar fosil menjadi tulang punggung kemajuan industri bagi negara-negara tersebut, yang sebelumnya telah dinikmati oleh negara-negara barat yang kini sudah maju. Penggunaan sumber energi yang baru seperti sel surya tidak masuk akal bagi negara berkembang karena harganya yang tidak murah. Apabila opini ini telah mengikat untuk semua negara di dunia, maka bersiaplah negara-negara berkembang untuk tetap tertinggal, sebab harus membeli teknologi yang telah ditemukan oleh negara maju. Semacam penjajahan jilid 2.
Mari kita bicara tentang fakta. Faktanya memang suhu bumi meningkat dan juga ada peningkatan CO2 di atmosfer. Al Gore menyatakan peningkatan suhu disebabkan peningkatan kadar CO2. Para ahli telah membuktikan bahwa sebenarnya peningkatan suhulah yang menyebabkan peningkatan kadar CO2. Grafik menunjukkan bahwa memang suhu dan kadar CO2 meningkat dan menurun bersama-sama. Namun faktanya, grafik suhu meningkat terlebih dahulu kemudian diikuti peningkatan kadar CO2. Lalu apakah masih relevan mengatakan bahwa CO2 menyebabkan kenaikan suhu bumi, ataukah sebaliknya, suhu bumi meningkatkan CO2.? Mari kita pikirkan secara kritis.
Dari film dokumenter “Global Warming Swindle” dikupas tuntas beberapa penyebab kenaikan suhu bumi. Perlu diketahui suhu bumi selalu mengalami fluktuasi, terkadang naik terkadang turun dan hal ini terjadi bahkan sebelum industrialisasi dimulai di muka bumi. Peneliti menunjukkan bahwa ada hubungan antara bintik matahari dengan kenaikan suhu bumi, pada saat jumlahnya banyak maka suhu bumi akan meningkat.
Leave a comment